Bojonegoro Matoch

BOJONEGORO MATOCH

Kamis, 04 Agustus 2011

PARA PEMAKAN BANGKAI



PARA PEMAKAN BANGKAI

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan orang satu sama lain. Adakah diantara seseorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamumerasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesunguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (Alhuurat :12).


Dalam satu hadist diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, “taukah kalian apa itu ghibah?”, Para sahabat menjwab,”Allah dan para Rosul-Nya yang lebih tau.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka,” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalau bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebaigamana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda,” Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah menggibahinya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusata atas namanya (berbuat buhtan). “(HR. Muslim).

Jeleknya Ghibah dan Bahaya Gossip

Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan ghibah itu?? Imam An-Nawawi mendifinisikan ghibah dengan berkata, “Ghibah adalah meyebutkan hal-hal yang tidak disukai orang lain, baik berkaitan dengan kondisi badan, agama, dunia, jiwa, perawakan, akhlak, harta, anak, istri, pembantu, gaya, ekspresi rasa senang, rasa duka dan sebagian yang berkaitan dengan dirinya, baik dengan kata-kata yang gamblang, simbol, maupun dengan isyarat.

Tentang apa buruknya orang-orang yang saling mencela, saling hina atau menjelekkan, Allah berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi orang yan ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpilan laennya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih mulia. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruknya panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imam dan barangsiapa yang tidak berani bertaubat, maka mereka itualah orang-orang yang zalim. (Alhujurat : 11)

Rasulullah SAW melarang kita untuk mencemarkan kehormatan orang lain dengan menceritakan kelemahan atau kekurangannya kepada temannya yang laen. Dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) terdapat riwayat hadist dari jalan Abu Bakrah yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, (dan juga kehormatan kalian) semua itu adalah haram atas kaliansebagaimana kesucian hari kalian ini (hari `Arafah), pada bulan kalian ini dan di negeri kalian yang suci ini.

Di dalam Sunan Tarmidzi terdapat riwayat yang menceritakan hadist dari jalan Ibnu `Umar, beliau berkata : Rasulullah SAW naek ke mimbar dan menyeau dengan kata yang lantang :
“Wahai segenap manusia yang hanya beriman dengan lisannya namun iman itu belum beresap didalam hatinya janganlah kalian menyakiti kaum muslimin. Dan jaganlah kalian melecehkan mereka. Dan jangan mencari-cari kesalahan mereka. Karena sesungguhnya barang siapa yang sengaja mencari-cari kejelekkan saudaranya sesama muslim, maka Allah akan mengorek-orek kesalahan-kesalahannya.
Dan barang siapa yang dikorek-korek kesalahannya oleh Allah maka pasti di hinakan, meskipun dia berada di dalam bilik rumahnya. “(At Tarmidzi).

Termasuk dalam ghibah adalah menirukan gaya orang lain dalam berbicara dengan maksud mengejek. Aisyah r.a berkata, “ Aku menirukan gayagerakan seseorang di hadapan Nabi. Maka Nabi Muhammad SAW bersabda, “ aku tidak suka menirukan gerakan seseorang meski aku mendapatkan upah sekian dan sekian banyaknya.”[Hadist Shahih, riwayat Abu Dawud]

Di dalam Al-Qur`anul Karim, Allah SWT melarang dan mencela perbuatan ghibah, apalagi ketika itu disebar-sebar mealui media massa dalam bentuk gosip, cerita dsb. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukanorang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyanyang (Al-Hujurat:12).

Dalam ayat ini para pelaku ghibah disamakan dengan orang yang memakan bangkai atau daging saudaranya yang sudah mati. Para pemakan bangkai tentu saja memakan yang haram, sangat dibenci Allah dan dibenci manusia pula. Suatu masa nanti para pemakan bangkai ini akan mendapatkan akibat buruk dari makanan ini dalam bentuk aneka penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Jabir bin Abdullah ra. Meriwayatkan “ketika kami bersama Rasululah SAW. Tiba-tiba tercium bau busuk yang sangat menyengat seperti bau bangkai maka Rasul pun bersabda,” taukah kalian, bau apakan ini? Inilah bau orang-orang yang mengghibah orang lain”. (HR. Ahmad).

Dalam hadist lain dikisahkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “ Pada malam isra` mi`raj, aku melewati suatu kaum yang berkuku tajam yang terbuat dari tembaga. Mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka sendiri. Lalu aku bertanya kepada Jibril”Siapa mereka?” Jibril menjawab,” Mereka itu suka memakan daging manusia, suka membicarakan dan menjelekkan orang lain, mereka inilah orang-orang yang gemar akan ghibah!”
( dari Abu Daud yang berasal dari Anas bin Malik ra).

Begitulah Allah dan Rasul-Nya mengibaratkan orang-orang yang suka ghibah dengan perumpamaan yang sangat buruk untuk menjelaskan kepada manusia, betapa buruknyatindakan ghibah.
Globalisasi Ghibah

Saat ini dunia kita telah memasuki satu era yang disebut dengan “Globalisasi”. Kemajuan teknologi terutama dalam masalah komunikasi telah menjadikan manusia mudah saling berhubungan bahkan bergaul satu sama lain dimanapun mereka berada dan kapan pun mereka mau. Dengan internet orang-orang bisa berhubungan antara negara meskipun mereka tidak saling berhadapan. Alatnya bisa berupa komputer, ipad, hand phone, atau lainnya. Bahkan sekarang sudah ada jejaring sosial global seperti facebook dan twitter, orang bisa ngobrol dengan temannya yang berada dilain benua melalui fasilitas-fasilitas yang mudah diperoleh.

Sayangnya kemudahan teknologi ini membuat sebagian besar manusia semakin lupa dengan aturan Allah dan akhlakul karimah. Berbagai sarana yang memudahkan hidupnya digunakan untuk hal-hal yang dilarang Allah. Dengan mudahnya mereka melakukan obrolan yang isinya ghibah atau menceritakan orang lain melalui media komunikasi.

Sebagai contoh, ada wanita yang menceritakan kejelekan suaminya kepada pria lain yang baru dikenalnya melalui facebook. Lantas terjadilah curhat, lama-lama mereka saling berkenalan dan terjadilah perselingkuhan. Ada beberapa kasus anak remaja untuk lari dari keluarganya karena bujukan lelaki yang dikenalnya melalui jejaring sosial. Keadaan ini sungguh memprihatinkan, alat-alat ini pun menjadi kebutuhan mendesak oleh para remaja sehingga ada yang rela menjual dirinya untuk mendapatkan fasilitas komunikasi ini.

Di sisi lain, dengan acara gosip di televisi aib orang bisa menyebar dengan sangat mudah, sekarang aneka gosip, cerita keburukan orang, perbuatan mesum, kerusakan moral dibungkus dengan bahasa manis untuk disebar-sebarkan kepada orang lain. Media online juga tidak kurang perannya dalam menyebarkan berbagai cerita bohong dan keburukan manusia. Acara-acara televisi dijadikan ajang untuk mengexploitasi kerusakan moral dengan hasilnya adalah menganggap perbuatan itu sebagai kewajaran. Lama-kelamaan profesi yang haram pun dianggap sebagai kebanggaan, dan kerusakan moral dianggap sesuatu yang lumrah.

Rasulullah SAW mengingatkan, semua umatku diampuni kecuali yang berbuat (keji) terang-terangan, yaitu yang melakukannya pada malam hari lalu ditutup-tutupi oleh Allah, tetapi esok paginya dia membeberkan sendiri dengan berkata, “hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini.....begini....” Dia membuka tabir yang telah disekat oleh Allah SWT (Mutafaq Alaih).

Kerusakan moral suatu bangsa semakin menjadi-jadi dengan munculnya para “mujaharoh”(orang-orang yang terang-terangan dalam bermaksiat)...di zaman sekarang ini karena di televisi menyiarkannya dengan bebas. Nabi Muhammad SAW bersabda pula,
Demi yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya. Tiada kiamat melainkan telah merata dan merajalela dengan terang-terangan segala perbuatan mesum dan keji, pemutusan hubungan kekeluargaan, beretika buruk dengan tetangga, orang yang jujur (amanat) dituduh berhianat, dan orang yang berhianat diberi amanat (dipercaya). (HR. Al Hakim).

Dengan tersebar luasnya kerusakan moral, dan rontoknya akhlak ini banyak manusia mengalami stress, depresi, binggung, bahkan mungkin putus asa menghadapi kondisi yang carut marut begini. Tidak diragukan lagi betapa bahaya ghibah modern yang sekarang merebak di masyarakat. Para pelakunya jelas-jelas mendapat dosa di sisi Allah, mereka harus bertanggung jawab atas hancurnya moralitas dan peradaban bangsa ini.


AGAR TIDAK TERKENA GHIBAH

Ibarat penyakit menular, ghibah mudah sekali berjangkit. Seorang yang tidak hati-hati dalam pergaulan dengan mudah saja terkena penyakit ini. Bisa datang lewat televisi, bisa pula melalui kegiatan arisan, dari berbagai pertemuan, sekedar obrolan diwarung belanjaan, obrolan suami-istri, bahkan melalui pengajian. Untuk menghindarinya tidaklah mudah, mengharuskan kita ekstra hati-hati. Berikut ini tips yang mudah-mudahan membantu,

1. Berfikirlah sebelum bicara : Raslulullah SAW berhenti sesaat, biasanya diberi jeda sesaat untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan seseorang. Ambil nafas sejenak dan berfikir dulu sebelum berbicara,’ perlukan saya mengatakan hal ini?” Apa manfaat perkataan dan pernyataan saya ini? Apa mudharatnya?”. Akal sehat harus senantiasa digunakan, dalam keadaan bagaimanapun. Jika terpaksa harus membicarakan tentang orang lain, bayangkan orang yang bersangkutan hadir di tempat anda, sehingga anda hanya mau menyebutkan kebaikannya.
2. Berbicaralah untuk mengingat Allah : orang yang beriman selalu menghadirkan ingatan kepada Allah SWT dalam diam maupun ketika bicara. Ingatlah selalu betapa buruknya ancaman dan kebencian Allah kepada orang yang berghibah. Bawalah ingatan ini pada saat bicara dengan siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Dengan demikian pembicaraan anda tergolong ibadah yang berpahala.
3. Berilah pengaruh, jangan mau dipengaruhi orang yang salah (ghibah) : Orang yang lemah kepribadiannya, suka saja mengikut perkataan atau cerita-cerita orang lain, mudah terseretperbuatan ghibah temannya. Bahkan ia pun berpotensi menceritakan aib orang karena lebih senang memperhatikan, membicarakan dan manilai orang lain. Jalan menghindarinya adalah sibuklah dengan meningkatkan kualitas pribadi dan melihat aib diri sendiri.
4. Buanglah penyakit hati : kebanyakan dari ghibahtumbuh karena didasari rasa iri dan benci, juga ketidakikhlasan menerima kenyataan bahwa orang lain lebih berhasil atau lebih beruntng daripada kita. Dan kalau dirinya kurang beruntung, dia pun senang menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih sengsara dari dirinya.
5. Menutupi cacat orang agar aib diri sendiri ditutup Allah : Tidak ada orang bersih atau suci dari salah dan dosa. Ketika sedang membicarakan keburukan orang lain, segera bayangkan bagaimana perasaan kita jika keburukan kita pun dibicarakan orang. Seperti hadist yang menjanjikan bahwa Allah akan menutupi cacat kita sepanjang kita tidak membuka cacat orang lain. Sebaiknya tidak perlu heran jika Allah pun akan membuka cacat kita didepan orang lain jika kita membuka cacat orang.
6. Hindarkan, ingatkan, diam atau pergi : Hindarilah segala sesuatu yang mendekatkan kita pada ghibah, seperti acara-acara bernuansa ghibah di televisi dan radio. Juga berita-berita koran dan majalah yang membicarakan kejelekan orang. Jika terjebak dalam situasi ghibah, ingatkanlah mereka akan kesalahannya. Jika tak mampu, setidaknya anda diam dan tak menanggapi ghibah tersebut. Atau pergi saja dengan tetap manjaga diri dan kepribadian.


Lembaran Dakwah Marhamah
Diterbitkan Oleh : Yayasan Sahabat Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar