Bojonegoro Matoch

BOJONEGORO MATOCH

Kamis, 04 Agustus 2011

BERBUAT BAIK ITU SEDEKAH



Sifat-sifat yang baik itu dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar
(Fushshilat : 35).



Anak-anak kita yang akan bersekolah di madrasah biasanya menghafalkan satu hadist yang sangat ringkas tapi amat bermanfaat sepanjang hidupnya, “Al-Kalimut thoyyibah sodaqoh”. (Perkataan yang baik merupakan ibadah). Kalimat yang ringkas namun sarat makna ini merupakan salah satu warisan Rasulullah SAW.

Menanamkan pentingnya berbuat baik memang harus sedini mungkin, tidak ada dengan ucapan dan kata-kata, yang lebih penting lagi adalah dengan contoh dari orang tua, guru, anggota keluarga, ataupun lingkungan sekitarnya.


Kebaikan Islam Rahmat Bagi Semesta

Kata-kata atau kalimat yang baik itu adalah sedekah, artinya bernilai sama sebagaimana anda memberikan uang atau barang berharga kepada orang lain dengan harapan mendapatkan pahala di sisi Allah di hari pembalasan (yaumul jaza’). Semua amal saleh seperti ini merupakan sodaqoh, yang mengambarkan keimanan orang yang melakukannya kepada Allah, Rasul, dan hari Akhirat.

Nabi kita Muhammad SAW dikenal sebagai manusia yang terbaik ucapan dan kata-katanya. Belum pernah ada kata-kata atau kalimat pedas, menyakitkan hati atau menyinggung perasaan orang lain yang keluar dari kedua bibirnya. Beliau pernah mengatakan, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah ia berkata yang baik atau dia diam”.

Kebaikan adalah membantu orang lain, memberinya sesuatu, namun yang terlebih penting adalah mengucapkan kata-kata yang baik, santun dan bersikap sopan kepadanya. Jangan biarkan kata-kata kasar dan menyakitkan hati merusak pahala amalan Anda hanya karena Anda telah memberinya sesuatu. Pemberian sebesar apapun akan kehilangan nilai, makna dan pahalanya jika diiringi dengan kata-kata dan sikap yang menyakitkan hati orang yang anda tolong.

Dengan kata lain, bukan pada memberi dan menolong anda memperoleh pahala kebaikan. Tetapi pada senyum kebahagiaan orang itu ketika menerima pemberian atau pertolongan anda. Maka tidak penting untuk memperlihatkan secara langsung kebaikan yang disampaikan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan itu. Kebaikan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui orang lain akan lebih utama.

Islam melarang atau mengharamkan ucapan yang buruk, kata-kata kasar atau pun cacian, makian kepada orang lain, baik kepada non muslim apalagi kepada sesama muslim. Rasulullah SAW bersabda,
Mencaci-maki seorang mukmin adalah suatu kejahatan, dan memeranginya adalah suatukekufuran. (HR. Muslim).

Kebaikan dalam Isalam itu sangat jelas, tidak samar-samar, memiliki dasar-dasar, pokok-pokok perkara, dan pilar-pilar yang tidak meragukan. Syariat Islam telah mengatur secara konferehensif,
Sebaik-baiknya kamu ialah yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan seburuk-buruknya kamu ialah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya (HR. At Tirmidzi dan Abu Yula).

Perbuatan baik itu bagaikan minyak wangi yang digosokkan ke tubuh Anda. Semakin sering Anda lakukan, semakin harumlah tubuh Anda dan semakin disukai orang. Itulah obat terbaik bagi berbagai macam penyakit hati, stress, kegundahan dan lemahnya perasaan Anda. Itulah pangkal dan sumber utama kebahagiaan anda!

Jika anda ingin kesulitan anda didengarorang lain, keluhan Anda diperhatikan, maka demikian juga orang menginginkan keluhan dan keinginannya Anda perhatikan. Jika anda sangat berhasrat mendapat pertolongan dari orang lain, sadarilah bahwa orang lain pun begitu banyak menginginkan pertolongan anda. Cobalah tolong orang lain, meskipun sebenarnya anda yang menginkan pertolongan. Dengan cara itu, yakinlah pertoongan Allah akan tiba. Sebab, bukankah Nabi Muhammad SAW telah menjajikan, “ Wallahu fi aunil abdi maa kanal abdu fii auni akhih” (Allah senantiasa akan menolong seorang hamba sepanjang dia menolong orang lain).

Berbuat Baik dan Benar

Banyak orang yang berusaha menjadi baik tapi keliru dengan cara yang keliru. Dia baik jika menguntungkan tetapi ketika akan ada kerugian dia tinggalkan. Bagaimanakah berbuat baik dengan teknik terbaik?

1. Jika melakukan sesuatu yang baik, lakukan itu karena Allah semata dan yakinlah bahwa anda diperintah Allah untuk melakukannya. Ingat selalu bahwa Allah pasti akan mendatangan pahala atas perbuatan kita. Jangan menginginkan ucapan terima kasih dari orang yang telah kita beri kebaikan. Sebab itu akan mengurangi takaran pahala anda di sisi Allah. Namun sebaliknya, jika anda mendapat kebaikan dari orang lain. Secepat mungkin anda mengucapkan terima kasih. Doakan dia dengan tulus ikhlas, “Jazakumullah khairan” (semoga Allah memblas kebaikan anda). Doa anda bernilai ibadah, dia akan membuat anda memperoleh kebaikan. Karena memberi contoh dan keteladanan dalam keikhlasan. Maka doakanlah kebaikan untuk mereka yang anda sukai ataupun musuh-musuh anda. Dalam hubungan antar manusia banyak hal-hal baik seolah-olah kecil dan ringan, padahal sesungguhnya merupakan hal-hal untuk mendekatkan diri kepada Allah.
2. Berlomba-lombalah dengan orang lain untuk berbuat baik, baik dari segi kualitas maupun dari segi mayoritas. Memang dalam kebaikan ini, kita diperintah Allah ta`ala untuk saling berlomba dengan orang lain. Istilahnya berasal dari Kita Suci Al-Qur`an, ”Fastabiqul Khairoot” (Berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan). Peluang dan kesempatan untuk berbuat baik sangat terbuka lebar. Sebab banyak sekali orang yang memerlukan bantuan di sekitar kita. Betapa pun kecilnya, mungkin tak berarti bagi orang-orang yang tak tau berterima kasih, namun di sisi Allah tetap besar dan bernilai.
3. Jangan meremehkan kebaikan, meskipun kecil. Seringkali kita menganggap kecil dan tidakberarti perbuatan baik. Padahal dalam timbangan Allah perbuatan itu sungguh besar. Bahkan walau anda hanya senyum ketika bertemu orang lain, maka anda telah berbuat kebajikan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jangan anggap remeh perbuatan baik, meskipun sekedar bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang cerah”. Dalam hadist lain sangat jelas menjelaskan tentang hakikat sedekah. “Senyumlah kepada saudaramu itu tergolong sedekah”!
4. Menjadikan “baik” sebagai watak yang melekatdalam dirinya atau menjadi akhlak yang menghias kepribadiannya. Allah menyatakan,
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan besar. (Fushshilat :35).

Wajah cerah, senyum di bibir membuat orang-orang menjadi senang. Di sisi lain, ketika anda berwajah keruh atau bermuka masam saat bertemu dengan orang lain maka sesungguhnya anda tengah memperlihatkan sikap permusuhan dan mengancam retaknya persahabatan anda dengannya. Biasakanlah tersenyum atau tampil dalam keadaan membuat orang lain merasa nyaman dengan anda.


BANYAK SARANA KEBAIKAN

Abu Dzarr Ra berkata bahwa beberapa sahabat Rasulullah SAW berkata, “Ya Rasulullah, orang-orang yang kaya banyak hartanya memperoleh lebih banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat dan berpuasa bagaimana kita berpuasa dan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka. “ Nabi SAW lalu berkata “Bukankah Allah telah memberimu apa yang dapat kamu sedekahkan? Tiap-tiap ucapan tasbih adalah sodaqoh, takbir sodaqoh, tahmid sodaqoh, tahlil sodaqoh, amar makruf sodaqoh, nahi mungkar sodaqoh, bersenggama dengan istri pun sodaqoh. “Para sahabat lalu bertanya, “Apakah melampiaskan syahwat mendapat pahala?” Nabi menjawab, “Tidakla kau mengerti bahwa kalau dilampiaskannya ditempat yang haram bukankah itu dosa? Begitu pula kalau syahwat diletakkan di tempat halal, maka dia memperoleh pahala. (HR. Muslim).

Keinginan para sahabat Nabi untuk banyak berbuat baik, bukan hanya dengan lisan tetapi dengan harta dan tenaganya, membuat sahabat Nabi menanyakan pembangun kebaikan. Lantas muncullah pernyataan Rasulullah SAW yang menggambarkan pada kita umatnya bahwa sarana-sarana kebaikan itu amatlah banyaknya.

Orang-orang terdahulu juga saling berlomba dalam berbuat baik tanpa gembar-gembor atau pamer. Mereka pandai menyembunyikan kebaikan yang mereka perbuat bahkan itu amatlah banyaknya.

Zainal Abidin bin Ali, salah seorang cucu Rasulullah terkenal dengan keutamaan ini. Tetapi itu diketahui setelah kewafatannya. Yaitu tatkalabantuan berhenti karena yang menjadi pelakunya telah wafat. Penduduk kota Madinah sering mendapatkan gandum secara gratis dimalam hari. Semua penduduk meresa diuntunkan namun tak pernah tau siapa pelaku sedekahnya yang amat mulia itu. Setelah cucu Rasulullah SAW itu wafat ternyata ketahuan punggung dan bahunya merah bekas kebiasaanya memanggul sendiri sedekah yang sangat bermanfaat bagi penduduk itu.


Lembaran Dakwah Marhamah
Diterbitkan oleh : Yayasan Sahabat Kita
Oleh : Ust. H. Aus Hidayat Nur.

MEWASPADAI HILANGNYA KEJUJURAN



MEWASPADAI HILANGNYA KEJUJURAN

Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang jujur (QS. At-Taubah : 119)

Dalam kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya, kejujuran adalah ruh yang mengikat interaksi di tengah mereka. Assidqu (jujur) merupakan bagian yang terlepaskan dari iman. Sifat utama dari orang-orang yang beriman kepada dirinya adalah jujur terhadap Allah, orang lain, dan dirinya sendiri. Iman didefinisikan sebagai tasdiqum bil qolbi (membenarkan, jujur dalam hati), wa iqrorun bil lisani (pernyataan lisan) dan amalun bil arkan (mengamalkan dengan perbuatan).

Tentang keutamaan perilaku jujur Rasulullah SAW menyatakan, “ Man ahabba an yuhibbahullahu wa Rosuulahu fal yusdiqul hadist, wa yu-addil amanah, walaa yu-dzi jaarahu” (barang siapa ingin disenangi Allah dan Rasul-Nya hendaklah berbicara jujur, menunaikan amanah dan tidak menggangu tetangganya. (HR. Al Baihaqi).


Tiang Keimanan dan Inti Akhlakul Karimah

Jujur merupakan tonggak keimanan dan inti dari akhlak (moralitas) yang meski dimiliki oleh setiap muslim bahkan seluruh manusia di muka bumi ini. Sebab dengan kejujuran banyak buah positif yang bisa dipetik, banyak keuntungan yang bisa dinikmati. Jujur membawa kepercayaan, kepercayaan akan mengingat hubungan antar manusia. Ingatlah bahwa sifat utama yang dimiliki para Nabi adalah Ash-shidqu (benar dan jujur), ini akan menjadi modal karakter dan sifat baik mereka, Nabi Muhammad SAW menyatakan,
“Hendaklah kamu selalu benar (jujur). Sesungguhnya kebenaran membawa kebajikan dan kebajikan membwa ke surga. Selama seseorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang bener (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (pembohong)”. (HR. Al Bukhari).

Tatkala kejujuran telah sirna dari kalbu seseorang hamba Allah, maka dia menuju kehancuran. Seorang manusia menjadi celaka manakala amanah tidak lagi menghiasi dinding nuraninya dan tidak lagi menjdi paradigma pemikirannya. Jika kebohongan (dusta) terjadi secara massif pada banyak orang timbulah masalah paling krusial dalam kehidupan masyarakat dan bangsa.

Korupsi diakukan karena para pemimpin tidak jujur, para pejabat yang koruptor adalah para pendusta (pembohong). Kinerja dan kerja mereka tidak transparan, diam-diam menilep uang rakyat. Para birokrat menjadi maling berbagai fasilitas negara karena sifat tidak jujur. Guru tidak jujur dalam mengajar, murid pun menyontek ketika ujian, maka kualitas pendidikan pun merosot tajam. Suami atau istri selingkuh karena tidak jujur, rumah tangga berantakan, anak-anak yang menjadi korban, dan lain-lain.

Itulah keseharian disekitar kita sangat memprihatinkan. Tidakkah kita takut dengan peringatan Rasulullah SAW???
Demi yang jiwa Muhammad dalam genggamanNya. Tiada tiba kiamat melainkan dan merajalela dengan terang-terangan segala perbuatan mesum dan keji, pemutusan hubungan kekeluargaan, beretika buruk dengan tetangga, orang yang jujur (amanat) dituduh berhianat, dan orang yang khianat diberi amanat (dipercaya). (HR. Al Hakim).

Keresahan yang melanda dunia tidak lebih karena kejujuran tidak dianggap lagi sebagai senjata utama dalam mengatur tatanan dunia. Di dalam negeri kita pun defisit kejujuran menjadi demikian kasat mata. Para peimpin kita ini sering pula mendapatkan pembenaran dan pembiaran dari kita semua, dan telah dengan telanjang menguliti kejujuran dalam aksi-aksinya. Dengan transparan mereka sendiri menunjukkan bahwa hati mereka telah kosong dari gumpalan-gumpalan kejujuran yang seharusnya dibangun dengan seksama.

Kita menyaksikan dusta dan penghianatan ditata dengan begitu apiknya, diramu dengan sedemikian enaknya, distruktur dengan segitu rapinya, disitematisasikan dengan sedemikian bagusnya. Sehingga kita juga ikut terlena, sehingga kita ikutberputas ditengah arusnya dan kitatenggelam dalam kekotorannya. Ini datang karena sekelompok manusia yang menjadikan dusta sebagai modal kehidupan dengan mempengaruhi orang-orang yang lain.

Diantara manusia ada yang mengatakan : “Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, “ padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (Albaqarah: 7-9).

Ketika kita membiarkan mereka dengan segala kedustaanya, secara perlahan tapi pasti hati kita pun tidak lagi memiliki radar kepekaan yang tajam untuk membedakan dimana kejujuran dan dimana ketidakjujuran, dimana kebatilan dan dimana kebenaran. Hati kita tidak lagi mampu memonitor antara aksi putih dan aksi hitam karena kita sendiri memang belum mampu melakukan penjernihan dinding-dinding hati kita. Ujung-ujungnya, kita pun larut dalam kedustaan dan kebohongan mereka.

Jujur adalah Integritas

Sebagai muslim kita harus menjungjung tinggi kejujuran dalam segala hal. Kejujuran dalan hati kita, kejujuran dalam lisan kita, dan kejujuran dalam aksi kita. Seharusnya kita mampu menyelaraskan kejujuran hati dan kejujuran lisan serta kejujuran aksi kita. Ucapan-ucapan yang semerbak dengan kejujuran, kalbunya terhiasi dengan kejujuran, aksinya memancarkan kejujuran yang dengan gampang bisa dilihat dan dinikmati oleh semua orang. Itulah integritas seorang mukmin yang sepenuhnya terkontrol dengan keimanannya kepada Allah SWT.

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Asshaf: 2-3).

Sebab dalam posisi kita sebagai orang yang beriman sudah seharusnya kita selalu membangun kejujuran itu dalam bngkai-bingkai perilaku kita agar kita mampu berkumpul bersama orang-orang yang ujur. Sebagaimana yang Allah firmankan :
”Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang jujur. (QS. At-Taubah: 119).

Jika kita diperintah agar bersama dengan orang-orang yang jujur, maka kita sendiri wajib menjadi manusia yang jujur. Teman yang bisa dipercaya adalah manusia yang menjadikan mahkota hidupnya kejujuran kepada Allah SAW kemudian kepada sesama manusia dalam segala hal.

Kerinduan kita untuk berbuat jujur secara terus-menerus dan keinginan kita untuk berkumpul dengan para shiddiqin akan mendorong kita untuk menjadi manusia yang mengabdikan diri pada Allah dengan memberi manfaat sebesar-besarnya kepada sesama. Kita akan mengubur dusta dalam hidup kita. Karena seorang mukmin pantang berdusta. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW,
Jika seorang hamba tetap bertindak jujur dan berteguh hati untuk selalu bertindak jujur, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur; dan barang siapa yang tetap berbuat dusta dan berteguh untuk senantiasa berbuat dusta, maka ia akan di tulis sebagai pendusta ( HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Kejujuran merupakan tiang penopang segala persoalan, dengan kesempurnaan hidup bisa dicapai dan melaluinya aturan hidup bisa diniscayakan.

Maka barang siapa yang menginginkan kehidupan tertib dan nyaman berpegang teguhlan pada kejujuran, pancarkan dalam tindakan, tanamkan dalam pengabdian, saksikan untuk kemanusiaan. Bersikap jujur adalah penegasan kebenaran walupun ia terancam kebinasaan. Sikap jujur adalah mencegah kedua rahang untuk mengucapkan yang terlarang. Kejujuran adalah keyakinan yang kokohterhadap tauhid yang dibarengi dengan kebersihan niat. Bagi orang jujur tidak akan pernah memandang kecuali kewajiban yang harus ditunaikan atau ibadah utama yang mesti dilakukan. Kejujuran adalah perkataan jujur dalam wilayah dimana apabila orang mengatakan tidak akan selamat, kecuali dengan kedustaan. Kejujuran adalah pedang Allah, tidak sesuatupun diletakkan di atasnya kecuali dia akan memotongnya.

ALAMIN – JUJUR DAN TERPERCAYA

Pada awal kerasulannya, Nabi Muhammad SAW pernah bertanya kepada kaum Quraisy, “Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kukatakan bahwa pada permukaan bukit ini ada pasukan berkuda?Percayakah kalian?”

Mereka serentak menjawab, “Ya, ucapanmu tid pernah kami sangsikan. Belum pernah kami melihat kau berdusta.”

Jawaban orang-orang musyrik Quraisy itu disapaian secara spontan karena yang bertanya adalah Muhammad bin Abdullah. Sosok yang selama ini mereka gelari dengan Al Amin, orang yang jujur, amanah dan sangat layak dipercaya. Pada usia 12 tahun Nabi sudah mulai turut berdagang kenegeri syam dan menjalankan bisnisnya dengan modal kejujuran. Ketika bekerja kepada Khadijah binti Khuwailid Nabi pun terkenal sebagai usahawan yang jujur dan menjadi sukses karena kejujuran ini.

Ada fenomena menarik dri penganugerahan gelar Al-Amin ini.
Pertama, gelar Al-Amin lahir dari mulut orang-orang Quraisy. Padahal, sejarah mencatat bahwa peradaban Quaraisy saat itu dan jazirah Arab umumnya di tengah peradaban Jahiliyyah. Sebuag peradaban yang sudah tidak bisa lagi membedakan antara yang hak dan batil, antara yang halal dan haram. Sebuah peradaban yang sudah sangat rusak dan bobrok. Ternyata kejujuran Muhammad nin Abdullah tidak luntur oleh peradaban sekelilingnya. Justru orang-orang yang hidup di peradaban Jahiliyah itu (Quraisy) secara suka rela memberikan penghargan kepada kejujuran Muhammad dengan mengelarinnya Al-Amin. Sepertinya Allah ingin memberika pelajaran bahwa kejujuran adalah sebilah mata uang yang tidak saja akan senantiasa berlaku. Tetapi, juga akan selalu berharga dimanapun dan kapan pun, sekalipun ditengah peradaban yang carut-marut. Kejujuran menjadi modal bagi watak dan pribadi agung.

Kedua, gelar Al-Amin ini telah diberikan oleh orang-orang Quraisy jauh sebelum masa kerasulan mengandung pelajaran bahwa kejujuran adalah modal awal sekalius modal sebaik-baiknya untuk menempuh kehidupan. Baik dalam kedudukan Muhammad selaku hamba Allah maupun sebagai khalifah di muka bumi, tidak terkecuali dalam menjalankan amanah kepemimpinan di hdapan sesama umat manusia.

Ketiga, lawan dari kejujuran adalah perilaku dusta, yang juga dibenci oleh setiap manusia. Mengenai hal ini Rasulullah berpesan, “ Hendaklah kamusekalian menjaga diri dari perilaku dusta. Sesunguhnya dusta akan membawa kepada kejahatan dan sesungguhnya setiap kejahatan akan menyeret pelakunya ke daam neraka.

Dusa berpotensi membawa seseorang berbuat jahat. Seorang yang bermaksiat sesungguhnya mendustakan kebenaran bahwa Allah Maha Melihat dan mengetahui perbuatan ingkarnya. Seorang pencuri, ketika ia mencuri pada dasarnya ia sedang tidak jujur kepada dirinya sendiri, karena barang yang ia ambil bukan miliknya. Orang yang dengan sengaja meninggalkan sholat, zakat dan berbagai syariat lainnya, pada dasarnya orang itu sedang tidak jujur pada dirinya sendiri. Ia telah mengingkari jati dirinya sebagai seorang khalifah maupun hamba Allah.

Sudah seharusnya seorang mukmin menegakkan kejujuran, di manapun dan kapan pun. Jujur pada diri sendiri dan orang lain merupakan bagian dari kejujurannya kepada Allah.


Lembaran Dakwah Marhamah
Diterbitkan oleh : Yayasan Sahabat Kita

PARA PEMAKAN BANGKAI



PARA PEMAKAN BANGKAI

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan orang satu sama lain. Adakah diantara seseorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamumerasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesunguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (Alhuurat :12).


Dalam satu hadist diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, “taukah kalian apa itu ghibah?”, Para sahabat menjwab,”Allah dan para Rosul-Nya yang lebih tau.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka,” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalau bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebaigamana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda,” Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah menggibahinya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusata atas namanya (berbuat buhtan). “(HR. Muslim).

Jeleknya Ghibah dan Bahaya Gossip

Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan ghibah itu?? Imam An-Nawawi mendifinisikan ghibah dengan berkata, “Ghibah adalah meyebutkan hal-hal yang tidak disukai orang lain, baik berkaitan dengan kondisi badan, agama, dunia, jiwa, perawakan, akhlak, harta, anak, istri, pembantu, gaya, ekspresi rasa senang, rasa duka dan sebagian yang berkaitan dengan dirinya, baik dengan kata-kata yang gamblang, simbol, maupun dengan isyarat.

Tentang apa buruknya orang-orang yang saling mencela, saling hina atau menjelekkan, Allah berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi orang yan ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpilan laennya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih mulia. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruknya panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imam dan barangsiapa yang tidak berani bertaubat, maka mereka itualah orang-orang yang zalim. (Alhujurat : 11)

Rasulullah SAW melarang kita untuk mencemarkan kehormatan orang lain dengan menceritakan kelemahan atau kekurangannya kepada temannya yang laen. Dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) terdapat riwayat hadist dari jalan Abu Bakrah yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, (dan juga kehormatan kalian) semua itu adalah haram atas kaliansebagaimana kesucian hari kalian ini (hari `Arafah), pada bulan kalian ini dan di negeri kalian yang suci ini.

Di dalam Sunan Tarmidzi terdapat riwayat yang menceritakan hadist dari jalan Ibnu `Umar, beliau berkata : Rasulullah SAW naek ke mimbar dan menyeau dengan kata yang lantang :
“Wahai segenap manusia yang hanya beriman dengan lisannya namun iman itu belum beresap didalam hatinya janganlah kalian menyakiti kaum muslimin. Dan jaganlah kalian melecehkan mereka. Dan jangan mencari-cari kesalahan mereka. Karena sesungguhnya barang siapa yang sengaja mencari-cari kejelekkan saudaranya sesama muslim, maka Allah akan mengorek-orek kesalahan-kesalahannya.
Dan barang siapa yang dikorek-korek kesalahannya oleh Allah maka pasti di hinakan, meskipun dia berada di dalam bilik rumahnya. “(At Tarmidzi).

Termasuk dalam ghibah adalah menirukan gaya orang lain dalam berbicara dengan maksud mengejek. Aisyah r.a berkata, “ Aku menirukan gayagerakan seseorang di hadapan Nabi. Maka Nabi Muhammad SAW bersabda, “ aku tidak suka menirukan gerakan seseorang meski aku mendapatkan upah sekian dan sekian banyaknya.”[Hadist Shahih, riwayat Abu Dawud]

Di dalam Al-Qur`anul Karim, Allah SWT melarang dan mencela perbuatan ghibah, apalagi ketika itu disebar-sebar mealui media massa dalam bentuk gosip, cerita dsb. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukanorang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyanyang (Al-Hujurat:12).

Dalam ayat ini para pelaku ghibah disamakan dengan orang yang memakan bangkai atau daging saudaranya yang sudah mati. Para pemakan bangkai tentu saja memakan yang haram, sangat dibenci Allah dan dibenci manusia pula. Suatu masa nanti para pemakan bangkai ini akan mendapatkan akibat buruk dari makanan ini dalam bentuk aneka penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Jabir bin Abdullah ra. Meriwayatkan “ketika kami bersama Rasululah SAW. Tiba-tiba tercium bau busuk yang sangat menyengat seperti bau bangkai maka Rasul pun bersabda,” taukah kalian, bau apakan ini? Inilah bau orang-orang yang mengghibah orang lain”. (HR. Ahmad).

Dalam hadist lain dikisahkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “ Pada malam isra` mi`raj, aku melewati suatu kaum yang berkuku tajam yang terbuat dari tembaga. Mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka sendiri. Lalu aku bertanya kepada Jibril”Siapa mereka?” Jibril menjawab,” Mereka itu suka memakan daging manusia, suka membicarakan dan menjelekkan orang lain, mereka inilah orang-orang yang gemar akan ghibah!”
( dari Abu Daud yang berasal dari Anas bin Malik ra).

Begitulah Allah dan Rasul-Nya mengibaratkan orang-orang yang suka ghibah dengan perumpamaan yang sangat buruk untuk menjelaskan kepada manusia, betapa buruknyatindakan ghibah.
Globalisasi Ghibah

Saat ini dunia kita telah memasuki satu era yang disebut dengan “Globalisasi”. Kemajuan teknologi terutama dalam masalah komunikasi telah menjadikan manusia mudah saling berhubungan bahkan bergaul satu sama lain dimanapun mereka berada dan kapan pun mereka mau. Dengan internet orang-orang bisa berhubungan antara negara meskipun mereka tidak saling berhadapan. Alatnya bisa berupa komputer, ipad, hand phone, atau lainnya. Bahkan sekarang sudah ada jejaring sosial global seperti facebook dan twitter, orang bisa ngobrol dengan temannya yang berada dilain benua melalui fasilitas-fasilitas yang mudah diperoleh.

Sayangnya kemudahan teknologi ini membuat sebagian besar manusia semakin lupa dengan aturan Allah dan akhlakul karimah. Berbagai sarana yang memudahkan hidupnya digunakan untuk hal-hal yang dilarang Allah. Dengan mudahnya mereka melakukan obrolan yang isinya ghibah atau menceritakan orang lain melalui media komunikasi.

Sebagai contoh, ada wanita yang menceritakan kejelekan suaminya kepada pria lain yang baru dikenalnya melalui facebook. Lantas terjadilah curhat, lama-lama mereka saling berkenalan dan terjadilah perselingkuhan. Ada beberapa kasus anak remaja untuk lari dari keluarganya karena bujukan lelaki yang dikenalnya melalui jejaring sosial. Keadaan ini sungguh memprihatinkan, alat-alat ini pun menjadi kebutuhan mendesak oleh para remaja sehingga ada yang rela menjual dirinya untuk mendapatkan fasilitas komunikasi ini.

Di sisi lain, dengan acara gosip di televisi aib orang bisa menyebar dengan sangat mudah, sekarang aneka gosip, cerita keburukan orang, perbuatan mesum, kerusakan moral dibungkus dengan bahasa manis untuk disebar-sebarkan kepada orang lain. Media online juga tidak kurang perannya dalam menyebarkan berbagai cerita bohong dan keburukan manusia. Acara-acara televisi dijadikan ajang untuk mengexploitasi kerusakan moral dengan hasilnya adalah menganggap perbuatan itu sebagai kewajaran. Lama-kelamaan profesi yang haram pun dianggap sebagai kebanggaan, dan kerusakan moral dianggap sesuatu yang lumrah.

Rasulullah SAW mengingatkan, semua umatku diampuni kecuali yang berbuat (keji) terang-terangan, yaitu yang melakukannya pada malam hari lalu ditutup-tutupi oleh Allah, tetapi esok paginya dia membeberkan sendiri dengan berkata, “hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini.....begini....” Dia membuka tabir yang telah disekat oleh Allah SWT (Mutafaq Alaih).

Kerusakan moral suatu bangsa semakin menjadi-jadi dengan munculnya para “mujaharoh”(orang-orang yang terang-terangan dalam bermaksiat)...di zaman sekarang ini karena di televisi menyiarkannya dengan bebas. Nabi Muhammad SAW bersabda pula,
Demi yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya. Tiada kiamat melainkan telah merata dan merajalela dengan terang-terangan segala perbuatan mesum dan keji, pemutusan hubungan kekeluargaan, beretika buruk dengan tetangga, orang yang jujur (amanat) dituduh berhianat, dan orang yang berhianat diberi amanat (dipercaya). (HR. Al Hakim).

Dengan tersebar luasnya kerusakan moral, dan rontoknya akhlak ini banyak manusia mengalami stress, depresi, binggung, bahkan mungkin putus asa menghadapi kondisi yang carut marut begini. Tidak diragukan lagi betapa bahaya ghibah modern yang sekarang merebak di masyarakat. Para pelakunya jelas-jelas mendapat dosa di sisi Allah, mereka harus bertanggung jawab atas hancurnya moralitas dan peradaban bangsa ini.


AGAR TIDAK TERKENA GHIBAH

Ibarat penyakit menular, ghibah mudah sekali berjangkit. Seorang yang tidak hati-hati dalam pergaulan dengan mudah saja terkena penyakit ini. Bisa datang lewat televisi, bisa pula melalui kegiatan arisan, dari berbagai pertemuan, sekedar obrolan diwarung belanjaan, obrolan suami-istri, bahkan melalui pengajian. Untuk menghindarinya tidaklah mudah, mengharuskan kita ekstra hati-hati. Berikut ini tips yang mudah-mudahan membantu,

1. Berfikirlah sebelum bicara : Raslulullah SAW berhenti sesaat, biasanya diberi jeda sesaat untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan seseorang. Ambil nafas sejenak dan berfikir dulu sebelum berbicara,’ perlukan saya mengatakan hal ini?” Apa manfaat perkataan dan pernyataan saya ini? Apa mudharatnya?”. Akal sehat harus senantiasa digunakan, dalam keadaan bagaimanapun. Jika terpaksa harus membicarakan tentang orang lain, bayangkan orang yang bersangkutan hadir di tempat anda, sehingga anda hanya mau menyebutkan kebaikannya.
2. Berbicaralah untuk mengingat Allah : orang yang beriman selalu menghadirkan ingatan kepada Allah SWT dalam diam maupun ketika bicara. Ingatlah selalu betapa buruknya ancaman dan kebencian Allah kepada orang yang berghibah. Bawalah ingatan ini pada saat bicara dengan siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Dengan demikian pembicaraan anda tergolong ibadah yang berpahala.
3. Berilah pengaruh, jangan mau dipengaruhi orang yang salah (ghibah) : Orang yang lemah kepribadiannya, suka saja mengikut perkataan atau cerita-cerita orang lain, mudah terseretperbuatan ghibah temannya. Bahkan ia pun berpotensi menceritakan aib orang karena lebih senang memperhatikan, membicarakan dan manilai orang lain. Jalan menghindarinya adalah sibuklah dengan meningkatkan kualitas pribadi dan melihat aib diri sendiri.
4. Buanglah penyakit hati : kebanyakan dari ghibahtumbuh karena didasari rasa iri dan benci, juga ketidakikhlasan menerima kenyataan bahwa orang lain lebih berhasil atau lebih beruntng daripada kita. Dan kalau dirinya kurang beruntung, dia pun senang menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih sengsara dari dirinya.
5. Menutupi cacat orang agar aib diri sendiri ditutup Allah : Tidak ada orang bersih atau suci dari salah dan dosa. Ketika sedang membicarakan keburukan orang lain, segera bayangkan bagaimana perasaan kita jika keburukan kita pun dibicarakan orang. Seperti hadist yang menjanjikan bahwa Allah akan menutupi cacat kita sepanjang kita tidak membuka cacat orang lain. Sebaiknya tidak perlu heran jika Allah pun akan membuka cacat kita didepan orang lain jika kita membuka cacat orang.
6. Hindarkan, ingatkan, diam atau pergi : Hindarilah segala sesuatu yang mendekatkan kita pada ghibah, seperti acara-acara bernuansa ghibah di televisi dan radio. Juga berita-berita koran dan majalah yang membicarakan kejelekan orang. Jika terjebak dalam situasi ghibah, ingatkanlah mereka akan kesalahannya. Jika tak mampu, setidaknya anda diam dan tak menanggapi ghibah tersebut. Atau pergi saja dengan tetap manjaga diri dan kepribadian.


Lembaran Dakwah Marhamah
Diterbitkan Oleh : Yayasan Sahabat Kita

Risalah Ramadhan

Benahi Diri Tingkatkan Prestasi Raih Kemenangan Sejati

MUQODDIMAH

Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun Islam yang ke-4, oleh karenanya setiap umat Islam yang telah baligh dan berakal diwajibkan melaksanakannya, sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al- Baqoroh ayat 183 yang artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa “.

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

1. Untuk pertama kalinya Al- Qur`an diturunkan.
2. Momentum yang tepat untuk meningkatkan taqwa dan taqarrub kepada Allah.
3. Terdapat malam Lailatul Qadr (malam yang nilanya lebih dari 1000 bulan ).
4. Doa orang yang berpuasa akan cepat terkabul dan tobatnya diterima.
5. Puasa dapat menyehatkan tubuh.
6. Antara bulan Ramadhan yang satu dengan Ramadhan yang sebelumnya merupakan kifarat dosa.
7. Orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu khusus bernama Ar-Royyan.
8. Makan sahur menyebabkan berkah.
9. Puasa merupakan benteng dari api neraka.
10. Jika memberi makan pada orang yang berbuka puasa akan mendapat pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa.
11. Orang yang berbuka puasa akan mendapatkan kebahagiaan yaitu ketika berbuka puasa dan ketika bertemu dengan Allah di hari kiamat.
12. Pada bulan Ramadhan pintu neraka ditutup dan pintu syurga dibuka.
13. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dari pada harumnya misik ( minyak wangi terharum ).

HUKUM PUASA RAMADHAN

1. Melaksankannya adalah Fardu `Ain
2. Meninggalkannya adalah :
a. Kufur : Jika disertai pengingkaran akan wajibnya puasa Ramadhan bagi dirinya.
b. Berdosa : Bagi yang meninggalkannya tanpa udzur tapi mengakui akan kewajibannya puasa Ramadhan dan dosanya tidak akan terbayar oleh puasa sepanjang masa walau telah dilakukannya.


YANG MEMBATALKAN PUASA RAMADHAN

1. Makan dan minum dengan sengaja.
2. Haid, nifas dan melahirkan.
3. Hilang akal/gila.
4. Muntah dengan disengaja.
5. Keluarnya sperma dengan disengaja.
6. Bercampur antara suami-istri.
7. Masuknya sesuatu kedalam lubang yang ada dalam tubuh dengan disengaja.
8. Mabuk sepenuh hari ( jika mabuk sebentar dengan sengaja maka wajib qodha).

YANG MERUSAK PAHALA PUASA

1. Berdusta/berbohong.
2. Ghibah (membicarakan kejelekkan orang laen).
3. Memandang disertai dengan syahwat/nafsu.
4. Bersikat/berkata-kata dengan marah/emosional.
5. Mengadu domba orang laen.
6. Sumpah palsu.

PERBUATAN SUNAH DI BULAN RAMADHAN

1. Menyegarkan berbuka puasa.
2. Mengakhirkan makan sahur.
3. Memperbanyak baca Al- Qur`an dan memahami maknanya.
4. Memperbanyak infaq/sodakoh.
5. Memperbanyak sholat sunah.
6. Berbuka dengan kurma/yang manis-manis.
7. Memelihara lisan, mata dan telingga dari maksiat.
8. Menahan syahwat.
9. Menghindari makan yang Syubhat.
10. Mandi besar ( bagi yang berhadas besar) sebelum terbit fajar.
11. Beriktikaf terutama pada 10 hari terakhir.

PERBUATAN MAKUH DI BULAN RAMADHAN

1. Mengakhirkan buka puasa.
2. Terlalu banyak makan saat buka puasa.
3. Bersiwak (sikat gigi) setelah terbit fajar.
4. Menunyah sesuatu meskipun tidak tertelan.
5. Bercumbu.






Khutbah Rasulullah SAW
Menyambut Bulan Ramadhan

Ketika Ramadhan kan tiba, Rasulullah dan para sahabat menyambutnya dengan sangat gembira laksana tamu istimewa. Beliau pun menyerukan beberapa nasehat kepada kita tentang apa yang harus dilakukan di bulan yang penuh dengan berkah ini. Inilah seuannya :

Wahai mausia! Sesungguhnya telah tiba kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan magfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakanNya.
Di bulan ini napas-napasmu menjadi tasbih, tidurmu adalah ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah.

Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan syiam dan membaca kitab-Nya.
Celakalah orang yang tidak mendapatkan ampunan dari Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat.
Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin.

Muliakanlah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal bagimu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.

Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihani manusia anak-anak yatimmu.

Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu kerena inilah saat-saat paling utama ketika Allah memandang hamba-hambanya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, meyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istigfar. Punggung-pungungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah! Allah ta`ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan api neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Rabb Al- `Alamin.

Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.

(sahabat-sahabat bertanya, “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan). Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari apa neraka walaupun hanya dengan seteguk air.

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan ahlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.

Barang siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.

Barang siapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakan pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barang siapa menyambungkan tali silaturahmi di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barang siapa yang melakukan sholat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barang siapa melakukan shalat fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu di bulan yang laen.

Barang siapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangannya meringan.

Barang siapa pada bulan ini membaca satu ayat Al- Qur`an ganjarannya sama dengan mengkhatam Al- Qur`an pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhamu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.

Amirul Mukminin r.a berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi, “Ya abal hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.”

Marhaban Ya Ramadhan

Sunber : Puasa Bersama Rasulullah, karangan Ibnu
Muhammad, Pustaka Al-Bayan Mizan.