Bojonegoro Matoch

BOJONEGORO MATOCH

Kamis, 13 Januari 2011

WAYANG KRUCIL HAMPIR PUNAH



Kesenian wayang Krucil di Bojonegoro, Jawa Timur, hampir punah karena dalang dan seniman pembuat wayang Krucil di Bojonegoro kini semakin langka.
"Sudah 30 tahun lebih tidak ada pergelaran wayang Krucil di masyarakat," kata pimpinan sanggar seni Widoro Kandang Bojonegoro, Ki Djoko kepada ANTARA di Bojonegoro, Selasa.

Ia menyatakan sudah 30 tahun tidak lagi menyaksikan pergelaran wayang Krucil di Bojonegoro dan juga di daerah sekitarnya seperti Tuban.
Padahal, katanya, lakon dan teknis pementasan wayang Krucil sama dengan wayang kulit, karena bentuk wayang krucil memang mengadopsi ketokohan dalam wayang Kulit.

Bedanya, wayang kulit terbuat dari kulit sedangkan wayang Krucil dibuat dari kayu, biasanya kayu randu.
"Sudah 30 tahun ini, saya tidak tidak tahu, ada dalang wayang Krucil di Bojonegoro. Seniman pembuat wayang Krucil memang ada yaitu Pak Santoso, dia juga seniman pembuat wayang Tengul," katanya.
Menurut Ki Djoko, sekitar 30 tahun yang lalu pementasan wayang Krucil masih dijumpai. Pengundangnya bukan masyarakat melainkan aparat desa dalam rangka memeriahkan gotong royong yang biasa disebut "bersih desa".

Ki Djoko mengaku semasa dirinya menjabat sebagai Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Bojonegoro, di era 1980-an hingga tahun 1995, pernah berusaha mementaskan pergelaran wayang Krucil dengan mengambil dalang di wilayah Kecamatan Tambakrejo.
"Tapi pergelaran itu selalu batal. Alasannya, keyakinan para dalang wayang Krucil untuk menghindari bencana harus berjalan kaki dari lokasi tinggal hingga lokasi pentas yang dilakukan mulai dari pengrawit, dalang, hingga wayangnya," katanya.
Ki Djoko mengaku kesenian wayang Krucil yang disebut-sebut kesenian khas Bojonegoro selain wayang Tengul sekarang ini mendekati punah, baik dalang yang menekuni juga seniman pembuatnya.

"Karena itu, saya berharap semua pihak cepat-cepat menangani, terutama pemerintah daerah. Kalau tidak, saya yakin dalam beberapa tahun lagi, Bojonegoro akan kehilangan sebuah kesenian khas," katanya.
Di Bojonegoro, wayang Krucil bisa dijumpai di Museum Rajekwesi yang berada di kompleks Kantor Diknas Bojonegoro.
Menurut penjaga Museum Rajekwesi dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Mojokerto, Agus Sunarno, enam wayang Krucil yang tersimpan di museum selama ini sering keluar museum untuk pameran.

"Karena terkena hujan akibat gedung museum bocor, enam wayang Krucil itu banyak yang patah," katanya.(*)

Industri Olahan Kayu

INDUSTRI OLAHAN KAYU BOJONEGORO

UKIRAN KAYU


Hasil hutan berupa kayu jati dan kayu rimba serta limbah kayu gergajian, akar (tunggak bahasa jawa) merupakan komoditas yang dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai tinggi baik nilai manfaat maupun nilai seni. Komoditas ini telah dikembangkan oleh masyarakat Bojonegoro sebagai usaha industri rumah tangga dengan produk berupa meubel dan barang sovenir. Sentra industri kayu meubel yang telah berkembang antara lain Desa Batokan Kecamatan Kasiman dan sekitarnya merupakan sentra industri meubel dan ukir, desa geneng Kecamatan Margomulyo dan sekitarnya sebagai sentra industri meubel, soevenir dari limbah jati (akar/tunggak) dan desa Semlaran Malo sebagai sentra Industri pembuatan patung sapi dan jenis binatang lainnya.


BUBUT KAYU



Kerajinan bubut kayu telah lama ditekuni oleh masyarakat desa Batokan Kecamatan Kasiman yang letaknya pada ujung barat Kabupaten Bojonegoro dan berbatasan dengan Kota Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah. Kerajinan ini lebih banyak memanfaatkan limbah gergaji kayu jati yang diperoleh dari IPKJKPH Cepu Jawa tengah. Produksi berupa barang-barang souvenir, ornamen dan aksesoris penghias rumah serta keperluan rumah tangga lainnya. Pengembangan untuk memperkaya perkembangan usaha direkomendasikan pada aspek pemasaran dan pengembangan tehnologi madya untuk proses produksi. Prospek pemasarannya telah menjangkau berbagai kota di luar Kabupaten Bojonegoro dan telah merambah ke pasar luar negeri (export).

KERAJINAN PATUNG SAPI



Kerajinan patung sapi dan hewan lainnya dengan bahan baku dari hasil hutan (kayu jati) merupakan kerajinan yang memiliki keunikan dan spesifik, karena kerajinan ini diolah melalui tangan-tangan terampil yang penuh dengan kesabaran dan ketekunan. Sentra industri kerajinan patung sapi terdapat di desa Banaran Kecamatan Malo dan sekitarnya (bagian utara Kabupaten Bojonegoro yang jaraknya kurang lebih 25 Km dari Ibu kota Kabupaten Bojonegoro. Prospek pasar produk telah menjangkau kota-kota di Propinsi Jawa Timur dan propinsi lainnya serta ke luar negeri sebagai bahan souvenir. Pengembangan usaha kerajinan aptung sapi dan hewan lainnya direkomendasikan pada penyediaan bahan dasar kayu jati dan bahan dasar sumber daya alam lainnya.

Desa Wisata Sukorejo




Bojonegoro - Rintisan menjadikan pusat kerajinan mebel kayu jati di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro, Jatim, sudah cukup lama dirintis.
Paling tidak, sejak 10 tahun terakhir di lokasi sentra penghasil mebel di kota ledre itu, selalu digelar pameran "Bojonegoro Wood Fair", setahun sekali selama sebulan.
Lokasinya, di sepanjang jalan Brigjen Sutoyo, sepanjang satu kilometer mulai ujung barat hingga timur. Di kediaman masing-masing, yang sekaligus menjadi tempat produksi para perajin, dijadikan ajang pameran mebel dan kerajinan kayu jati berbagai bentuk.

"Kalau kami sangat siap sentra perajin kayu jati di sini dijadikan desa wisata," kata Pemilik Sadam Art, Mochmammad Guntur (31), ditemui dikediamannya, yang lokasinya di bagian barat jalan Brigjen Sutoyo.
Hal senada juga disampaikan perajin lainnya, pemilik UD Bangkit Jaya, Budi Arifianto (40) dan pemilik UD Putrahidayah, Ny Kustinah (49), yang ditemui secara terpisah.
Ketiganya mengaku, siap di lokasi perajin mebel di desa setempat dijadikan lokasi desa wisata. Alasannya, mereka memiliki lokasi penjemuran kayu jati bahan mebel, ruangan untuk proses desain mebel, lokasi mengukir, hingga "finishing", bahkan juga pengergajian.

"Bagi pengunjung sebelum membeli produk kami, bisa melihat proses sejak awal pengerjaan mebel," kata Guntur dengan nada bangga.
Hanya saja, mereka sepakat menjadikan kawasan setempat menjadi desa wisata, masih dibutuhkan satu tambahan penting yakni produksi mebel juga cenderamata yang bisa menjadi ikon produksi Bojonegoro.
Alasannya, selama ini, produksi mebel Bojonegoro masih belum jelas, lebih kuat terpengaruh kerajinan mebel dan cenderamata asal Jepara, Jateng.

Mahasiswa
Sebagaimana diungkapkan Guntur, yang memiliki 80 tenaga kerja itu, setiap enam bulan sekali, tempat kerjanya selalu dikunjungi rombongan mahasiswa ITS dan Unair yang melakukan studi banding dalam pembuatan mebel.
Para mahasiswa tersebut, datang dan mendapatkan penjelasan proses mengeringkan kayu jati yang akan dimanfaatkan membuat mebel, membuat desain mebel, juga cara kerja mengukir.

"Kalau pengunjung Jakarta, luar negeri seperti India, Iran, juga negara lain sudah sering datang ke tempat kami," jelasnya.
Selama ini, para pengunjung yang datang selain memang untuk membeli mebel, juga ada yang melakukan studi banding, seperti yang dilakukan mahasiswa dan pelajar. Menurut Guntur, karena mebel Bojonegoro, juga cenderamata produk perajin setempat belum ada yang khas, hampir semua perajin sulit menjelaskan kepada para pengunjung ketika ditanya produk kerajinan kayu jati khas Bojonegoro.
Dia mencontohkan, semua produk mebel yang dihasilkan seperti kursi tamu, kursi makan, tempat tidur, juga cenderamata, berdasarkan pesanan pembeli, selain hasil desain baru yang disempurnakan dengan mengacu desain sebelumnya.

"Sejauh ini produk mebel dan kerajinan kayu jati yang ada belum bisa dianggap khas Bojonegoro," tuturnya.
Hal yang sama diakui Kustinah, produk mebel dan kerajinan yang bisa menjadi khas Bojonegoro, masih belum ada. Sementara ini, berdasarkan anggapannya mebel khas Bojonegoro modelnya polos dengan ukiran minimalis. "Apa itu yang dianggap mebel khas Bojonegoro saya sendiri, juga kurang tahu," ucapnya.

Kalau produk bahan keperluan rumah, mulai kusen, pintu juga lainnya, menurut Kustinah, sudah ditemukan khas Bojonegoro, yang gambarannya secara umum polos. Dalam masalah harga, mebel Bojonegoro, ada yang mulai harga hanya Rp250 ribu/kursi, hingga Rp3 juta/kursi, khusus kursi gaya Majapahit.
Sedangkan mebel lainnya, harganya ada yang bisa mencapai Rp22 juta hingga Rp54 juta untuk tempat tidur gaya Jawa.

"Tempat tidur ini pesanan orang Iran harganya Rp22 juta, model Jawa asli," kata Guntur.
Yang jelas, menurut Guntur juga perajin lainnya, harga mebel juga kerajinan bisa mahal atau murah bergantung kayu jati yang dimanfaatkan sebagai bahan mebel. Semakin kayu jati bahan mebel usianya lama, harganya akan semakin mahal, begitu pula sebaliknya kalau kayu jatinya usia muda, harganya juga murah.

Berpenduduk 12.089 jiwa (2.990 kepala keluarga), Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, memiliki luas 247,437 hektare, berada di tengah kota Bojonegoro.
Menurut Kepala Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Budi Suprayitno (52), di wilayahnya tercatat ada 176 perajin mebel dan kerajinan kayu jati dengan tenaga kerja mulai lima orang hingga 85 orang setiap unit usaha.

Sementara itu, di sepanjang jalan Brigjen Sutoyo tercatat ada 74 perajin mebel dan kerajinan kayu jati, perajin lainnya tersebar merata di desa setempat. Berkembangnya, kerajinan mebel di desa setempat, tidak lepas lokasi tempat penimbunan kayu jati (TPK) milik Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro, berada di Desa Sukorejo.

Disamping itu, lokasi Stasiun kereta api (KA) dan terminal bus Rajekwesi, yang masih masuk Desa Sukorejo, lokasinya tidak jauh hanya sekitar satu kilometer, dari lokasi perajin.
"Karena perkembangan kerajinan kayu jati di desa setempat bagus, kami hanya sebatas melakukan pembinaan," papar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Bojonegoro, Djindan Muhdin.

Dia menyebutkan, sudah ada dua biro perjalanan wisata di Surabaya yang tertarik bekerja sama dengan sentra kerajinan kayu jati di Dea Sukorejo. Mereka, akan ikut menawarkan wisatawan domestik (wisdom) dan mancanegara untuk mengunjungi desa setempat, dengan memperoleh imbalan dari para perajin.